Selasa, 18 September 2012

askep gastritis

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perawatan kesehatan keluarga merupakan salah satu komponen kesehatan masyarakat yang sekaligus merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional. Menurut UU No. 16 Tahun 1992 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya, ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
Masalah dalam keluarga akan timbul bila status kesehatan salah satu anggota keluarga terganggu. Pengetahuan keluarga tentang informasi  mengenal suatu penyakit yang diderita oleh pihak keluarga sangatlah penting diketahui demi tindakan pertama yang akan diambil oleh  pihak keluarga yaitu orang tua. Dalam mengambil keputusan yang tepat menangani suatu penyakit tersebut. Oleh karena itu status kesehatan keluarga sangat penting dijaga oleh setiap anggota keluarga, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat pada umumnya, dan keluarga pada khususnya.
Salah satu penyakit yang sering diderita oleh keluarga ekonomi menengah kebawah adalah Gastritis, menunjukan kurangnya pengetahuan pihak keluarga mengenai pengaturan kesehatan dalam hal ini pola makan yang tidak teratur dan ketidakmampuan pihak keluarga dalam menyediakan  makanan yang bergizi, oleh  karena status ekonomi keluarga yang tidak mampu menjangkau harga – harga bahan pokok makanan.
1
 

Gastritis merupakan inflamasi dari mukosa lambung. Helicobacter pylori, obat-obatan, alkohol merupakan penyebab dari gastritis. Perjalanan penyakit gastritis ini terjadi akibat terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan difensif yang berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa lambung..
Menurut data dari World Health Organization (WHO) bahwa Indonesia mendapat urutan yang ke empat banyaknya jumlah penderita gastritis setelah Negara Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis (Depkes RI, 2004). Di negara- negara Asia, Indonesia mendapat urutan ke tiga setelah Negara India dan Thailand yaitu berjumlah 123 ribu penderita. Sedangkan di Indonesia sendiri kota yang penduduknya paling banyak menderita penyakit gastritis adalah Kota Jakarta yaitu 25 ribu penduduk. Pemicu dari penyakit gastritis di Ibu Kota Jakarta yaitu dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja sehingga mengakibatkan makan menjadi tidak teratur dan banyak menderita penyakit gastritis ini (Profil Dinkes, 2004).
Gastritis tidak dapat kita anggap remeh, karena gastritis yang tidak diobati dapat mengakibatkan tukak lambung, pendarahan lambung, bahkan kanker lambung, seperti dituturkan oleh Prof.Majumdar, (2011). Dan wanita hendaknya lebih waspada, karena 60% dari penderita maag adalah wanita. Penyebabnya antara lain wanita lebih tertutup dan mudah mengalami stress, memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan sering melakukan diet. (Syam 2011)
Penanganan secara tepat penyakit gastritis harus di waspadai lebih dini dengan hidup sehat dengan cara : Makan secara benar, Hindari alkohol, Jangan merokok, Lakukan olah raga secara teratur, Kendalikan stress, Ganti obat penghilang nyeri, Ikuti rekomendasi dokter. Bila langkah - langkah diatas telah dilakukan penyakit gastritis “maag”akan jauh dari anggota keluarga anda. Dengan menerapkan Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan tujuan terjadi peningkatan pengetahuan kesehatan keluarga Tn”I”  di harapkan peningkatan ststus kesehatan keluarga bertambah.
Karena banyaknya kunjungan penderita gastritis di wilayah kerja  Puskesmas Tanjung Karang dari tahun ke tahun  sehingga penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Tn”I” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Penyakit Gastritis.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn”I” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Gastritis diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang?”.
1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1   Tujuan Umum
Diharapkan penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita penyakit Gastritis dengan penerapan langsung praktek keperawatan sebagai metode pemecahan masalah.
1.3.2   Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan proposal  tersebut agar penulis mampu :
1.         Melakukan pengkajian pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Gastritis.
2.      Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Gastritis.
3.      Menyusun rencana tindakan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Gastritis.
4.      Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan salah satu anggotra keluarga menderita Gastritis.
5.      Melaksanakan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Gastritis.
6.      Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Gastritis.

1.4  Manfaat Penulisan
1.4.1   Teoritis
Dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit Gastritis.


1.4.2   Praktis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan diagnosa medis Gastritis.
1.4.3   Rumah Sakit
Dapat meningkatan Mutu Asuhan Keperawatan keluarga pada klien terutama untuk mencapai derajaat kesehatan masyarakat yang optimal.
1.4.4   Keluarga
Dapat menjadikan keluarga yang sadar gizi seimbang dengan pentingnya berprilaku sehat dan menjaga ststus kesehatan semua anggota keluarga dan mengetahui guna menggunakan fasilitas kesehatan dan sarana kesehatan yang ada
1.4.5   Masyarakat
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan prilaku hidup sehat yang bertanggung jawab bagi masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui masalah kesehatan melalui informasi yang didapat dari studi kasus.
1.4.6   Insistusi Kesehatan
Memberikan masukan kapada instansi terkait bagaimana keadaan dan kejadian penyakit gastritis di Rumah Sakit.



1.4.7   Penulis
Dapat menambah wawasan terhadap penulis tentang bagaimana memberikan Asuhan Keperawatan keluarga pada klien dengan gangguan gstroentitinal dengan kasus gastritis.
1.5      Metode pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1.5.1   Wawancara
Mengumpulkan data dengan cara melakukan anamnesa langsung kepada klien (auto anamnesa) dan wawancara dengan keluarga atau orang lain yang mengetahui informasi informasi tentang klien (allo anamnesa).
1.5.2    Observasi
Observasi dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pengamatan langsung pada keadaan umum klien. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melalui semua panca indra yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1.5.3    Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari status klien dokumen perawatan medic.
1.5.4    Studi kepustakaan
Dalam studi kepustakaan penulis menggunakan literatur atau sumber buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yag di bahas.
1.6         Sistematika penulisan
Proposal ini terdiri dari 2(dua) bab. Untuk mempermudah pembahasan ini, maka penulisan pemberian gambaran singkat dari keseluruhan isi proposal ini yaitu:
BAB 1 :  PENDAHULUAN
1.1      latar belakang
1.2      Rumusan masalah
1.3      Tujuan penelitian
1.4      Manfaat penelitian
1.5      Metode pengumpulan data
1.6      Sistematika penulisan
BAB  2:  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Konsep Dasar Teori
2.2  Konsep asuhan keperaatan














BAB 2
TINJAU PUSTAKA

2.1  Konsep Dasar Keluarga
2.1.1     Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup secara bersamaan yang di ikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang berineraksi satu sama lain dan semua mempunyai peran masing- masing dalam keluarga tersebut (Mubarak, 2006).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah (WHO, 2002).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya (UU No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan).

2.1.2   Struktur Keluarga
1.    Macam
a.    Patrilineal
Patrilienal adalah keluarga sedarah yang memiliki yang hubungan  terdiri dari sanak keluarga sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di sususn melalui garis ayah
b.    Matrilineal
8
Matrilienal adalah keluarga sedarah yang memiliki hubungan terdiri dari sanak keluarga sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di sususn melalui garis ibu
c.    Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri
d.   Patrilokal
Patrilokal  adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami 
2.    Ciri – ciri struktur keluarga
a.    Terorganisasi
Terorganisasi adalah saling berhubungan, saling ketregantungan antar anggota keluarga
b.    Ada keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki keterbatasan tetapi mereka juga memiliki keterebatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing – masing
c.    Adanya perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga memiliki fungsi dan peranya msing – masing (Carter, 2006).





2.1.3   Tahap Keluarga
Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap, yaitu :
1.    Keluarga Prasejahtera
Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
2.    Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi di dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3.    Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4.    Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dsb.
5.    Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)
Adalah keluarga yang memenuhi seluruh kebutuhan keluarganya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun pengembangan serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat (Murwani, 2007).

2.1.4   Tipe Keluarga
Secara tradisional kelurga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.    Keluarga Inti (nuclear family)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.    Keluarga Besar (extended family)
Keluarga inti ditambah keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme. Pengelompokkan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi :
a.    Keluarga Bentukan Kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atas kehilangan pasangannya.
b.    Orang Tua Tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak anak akibat perceraian atau ditinggal pasangan.
c.    Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmaried teenage mother).
d.   Orang dewasa (laki- laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone).
e.    Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital hetero sexual cohibiting family).
f.     Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gai and lesbian family).
g.    Keluarga Binuclear
Keluarga baru terbentuk setelah perceraian dimana anak menjadi anggota dari suatu sistem keluarga yang terdiri dari dua rumah tangga inti, ibu dan ayah dengan berbagai macam kerja sama antar keduanya serta waktu yang digunakan dalam setiap rumah tangga (Carter, 2003).



2.1.5   Tahap Perkembangan
Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangannya.
Tabel 2.1. Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan
Tugas Perkembangan Utama

1.     Keluarga baru menikah






2.     Keluarga dengan anak baru lahir




3.     Keluarga dengan anak usia pra sekolah





















4.     Keluarga dengan anak usia sekolah












5.     Keluarga dengan anak remaja
















6.     Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa









7.     Keluarga usia pertengahan








8.     Keluarga usia tua

1.   Membina hubungan intim yang memuaskan.
2.   Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3.   Mendiskusikan rencana mempunyai anak.

1.   Mempersiapkan menjadi orang tua.
2.   Adaptasi dengan adanya perubahan anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dengan kegiatan.
3.   Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
1.  Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misalnya kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
2.  Membantu anak untuk bersosialisasi.
3.  Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi.
4.  Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun luar keluarga (keluarga lain maupun lingkungan sekitar).
5.  Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
6.  Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7.  Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.


 1.    Membantu sosialisasi anak terhadap sekolah lingkungan luar
rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas (yang tidak atau kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat).
 2.    Mempertahankan keintiman pasangan.
 3.    Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.


1.       Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.
2.       Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
3.       Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan                 orang tua. Hindarkan terjadinva perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4.       Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

1.       Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2.       Mempertahankan keintiman pasangan.
3.       Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4.       Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.

1.       Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2.       Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebaya.
3.       Meningkatkan keakraban pasangan.


1.        Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya.
2.        Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.
3.        Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4.        Melakukan Life Review masa lalu.           

(Suprajitno, 2004 )
2.1.6   Fungsi Keluarga
Menurut Suprajitno (2004) secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1.    Fungsi afektif (the affective function)
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2.    Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialication and social placement function)
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3.    Fungsi reproduksi (the reproductive function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4.    Fungsi ekonomi (the economic function)
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu, meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.    Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

2.1.7   Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
1.    Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
2.    Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga.
3.    Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau                di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4.    Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5.    Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga ( Mubarak, 2006 ).

2.2  Konsep Dasar Penyakit Gastritis
2.2.1   Pengertian
Gastritis adalah proses implamasi pada mukosa dan submukosa lambung ( Sudoyo,  2006).
Gastritis berasal dari kata gast berarti gaster/lambung, sedangkan itis adalah radang. Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis berarti inflamasi/peradangan (Anderson , 2008).
Menurut Hembing ( 2005 ) gastritis dikenal juga dengan penyakit maag, merupakan peradangan pada dinding mukosa lambung yang bersifat kronis sehingga dinding lambung menjadi merah, bengkak, dan luka.





2.2.2   Anatomi Saluran Pencernaan













Gambar 2.1 Anatomi saluran pencernaan (Syaifuddin, 2006).
2.2.3 Struktur pencernaan
1.    Mulut adalah rongga yang diikat secara eksternal oleh bibir dan pipi dan mengarah kepada taring.
2.    Faring adalah organ yang menghubungkan rongga mulut dengan krongkongan.
3.    Osofagus adalah saluran yang menghubungkan faring dengan lambung panjangnya + 25 cm.
4.    Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar yang terletak antara ujung osofagus dan pangkal usus halus. Fungsi lambung yaitu menampung makanan, mengaduk makanan, memecahnya lebih lanjut dan mencampurnya dengan sekresi dari kelenjar lambung, untuk melanjutkan pencernaan makanan dengan bantuan getah bening dan menyekresi faktor intrinsik.
5.    Usus Halus berfungsi sebagai penerima zat-zat makanan yang sudah di cerna melalui pembuluh darah dan saluran limfe, menyerap protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida. Usus  halus terdiri dari duodenum, yeyenum, ileum.
6.    Usus Besar berfungsi menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli dan tempat feses. Usus besar terdiri dari seikum, kolon asenden, appendiks, kolon transversum, kolon desenden, sigmoid.
7.    Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menhubungkan  usus besar dengan anus.
8.    Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (Syaifudin, 2006).
2.2.4   Klasifikasi
1.    Gastritis Akut
Merupakan kelainan klinis akut akibat diet yang tidak teratur.
2.    Gastritis Kronis
Merupakan inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus begina atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (Suzanne, 2002).
2.2.5   Etiologi
Menurut David (2008) gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1.         Infeksi bakteri
       Sebagian besar populasi dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
2.         Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
       Obat analgetik anti inflamasi nonsteroid ( AINS ) seperti aspirin, ibu profen dan naproxin dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaklandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
3.         Penggunaan alkohol secara berlebihan
       Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa dalam dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kindisi normal.
4.    Penggunaan kokain
       Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.


5.    Stress fisik
       Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6.         Kelainan autoimmune
       Autoimmune autrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel – sel sehat yang berada dalam dinding lambung.
7.         Crohn’s disease
       Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang – kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
8.         Radiasi and kemoterapi
       Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat menyebabkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.
9.         Penyakit bile reflux
       Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak – lemak dalam tubuh. Cairan ini di produksi oleh hati. Ketika di lepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal sebuah otot sphincher yang berbentuk seperti cincin (pylorik valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10.     Faktor – faktor lain
       Gastritis sering juga di kaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati / ginjal.

2.2.6   Patofisiologi
Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis di akibatkan oleh ketidakseimbangan antara faktor-faktor pencernaan, seperti asam lambung dan pepsin dengan produksi mukous, bikarbonat dan aliran darah (Hadi, 2007).
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastric, dan intestinal.
1.    Fase sefalik
Makanan masuk kedalam lambung sebagai akibat dari melihat, mencium, memikir, dan mengecap makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya oleh saraf fagus. Impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf fagus ke lambung. Hasilnya, kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCl & pepsinogen.


2.    Fase gastric
Saat makanan mencapai atrum pylorus, atrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari resptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls merangsang pelepasan hormon gastrin dan secara langsung merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Gastri merupakan hormon yang menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan lambung.
3.    Fase intestinal
Dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Selama pencernaan terjadi dalam usus, sekresi asam klorida terus meningkat BAO ( Basal Acid Output ) yang merupakan salah satu penyebab terjadinya luka pada lambung.














2.2.7   Pathway



















2.2.8   Tanda dan Gejala
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan pada saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan
Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorrhagic, ketidak-nyamanan abdomen (mual, anoreksia), muntah serta cegukan, dan dapat terjadi kolik dan diare (Suzanne, 2002).
2.2.9   Pemeriksaan Penunjang
1.    Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif, pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien terinfeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2.    Pemeriksaan Pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
3.    Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya penyakit.
4.      Endoskopi saluran cerna bagian atas.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5.    Rontgen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lain diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan ketika di rontgen.



2.2.10    Penatalaksanaan
1. Gastritis Akut
   Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien                 untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (misalnya aluminium hidroksida), untuk menetralisasi alkali digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
Bila korosi luas atau berat, emetic dan lavase dihindari karena bahaya perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena. Endoskopi fiber optik mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus (Suzanne, 2002).



2.    Gastritis Kronis
Gastritis kronis diatas dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress, dan memulai farmakoterapi. H. pylori dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismuth (Pepto-Bismol). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorpsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor intrinsic (Suzanne, 2002).

2.2.11    Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat  H. pylori adalah MALT (mucosa associated lymph kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat pada tahap awal
(Sudoyo, 2006).

2.2.12    Pencegahan
Walaupun infeksi H. Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut ini beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis menurut David (2008) adalah :
1. Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Masak yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
2.  Hindari alkohol
Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan peradangan dan pendarahan.
3.  Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.


4.  Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
5.  Kendalikan stress
   Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6.  Ganti obat penghilang nyeri
Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri acetaminophen.
7.  Ikuti rekomendasi dokter.


2.3    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami              keluarga dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan (Suprajitno, 2004).
Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan keluarga dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga (Suprajitno, 2004).
Tahap-tahap proses keperawatan yang digunakan adalah :
2.3.1   Pengkajian
Pengkajian keluarga menurut Mubarak (2006) adalah tahapan dimana seseorang perawat mangambil informasi, secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga yaitu :
1.    Struktur dan karekteristik keluarga
2.    Social, ekonomi, budaya
3.    Factor lingkungan riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
Tahap dari pengkajian keluarga yaitu :
1.    Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.    Data umum meliputi nama kepala keluarga, umur, alamat dan telepon, pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga,
komponen keluarga dan status imunisasi serta genogram keluarga 3 generasi, tipe keluarga, latar belakang budaya (etnis), identifikasi religius, status sosial ekonomi dan aktifitas rekreasi atau waktu luang.
b.    Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1)   Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga berdasarkan duvall, ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauhmana keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan.
2)   Riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga yang meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya.
c.    Data lingkungan meliputi karakteristik rumah, karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat dan sistem pendukung keluarga.
d.   Struktur keluarga meliputi pola-pola komunikasi, struktur kekuatan, struktur peran dan struktur nilai atau norma keluarga.
e.    Fungsi keluarga meliputi fungsi ekonomi, fungsi mendapatkan status sosial, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi, fungsi religius, fungsi rekreasi, fungsi reproduksi, fungsi afeksi dan fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan).
Fungsi pemenuhan kesehatan dengan tugas keluarga dibidang kesehatan :
1.    Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah gastritis meliputi :
a.    Pengertian Gastritis
b.    Tanda dan gejala
c.    Faktor penyebab Gastritis
d.   Faktor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah Gastritis terutama yang dialami oleh salah satu anggota keluarga.
2.    Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
a.    Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
b.    Apakah penyakit Gastritis dirasakan oleh keluarga ?
c.    Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami ?
d.   Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari keadaan Gastritis yang dialami oleh salah satu anggota keluarga ?

e.    Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negatif) terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada salah satu anggota keluarga yang menderita  gastritis ?
f.     Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan ?
g.    Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga kesehatan ?
h.    Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan ?
3.    Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
a.    Pengetahuan keluarga tentang Gastritis yang dialami oleh salah satu anggota keluarga meliputi : sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah tindakan dan perawatan.
b.    Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita Gastritis.
c.    Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga yang menderita Gastritis.
d.   Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga meliputi anggota yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik dan dukungan psikososial.
e.    Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita Gastritis.
4.    Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat, perlu dikaji tentang :
a.    Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar lingkungan rumah.
b.    Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan.
c.    Pengetahuan keluarga tentang pentingnya sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan yang hygienis sesuai syarat kesehatan.
d.   Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan Gastritis yang dapat dilakukan keluarga.
e.    Kebersamaan keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.
5.    Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, perlu dikaji tentang :
a.    Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau.
b.    Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan.
c.    Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang melayani.
d.   Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani.
6.    Stres dan koping keluarga meliputi stresor yang dimiliki keluarga, kemampuan keluarga berespon terhadap stresor, strategi koping yang digunakan dan strategi adaptasi yang disfungsi.
7.    Pemeriksaan fisik pada salah satu anggota keluarga yang menderita Gastritis meliputi :
a.    Keluhan/riwayat penyakit saat ini
Diagnosa Gastritis awalnya diperkirakan dengan adanya gejala berupa perih atau rasa sakit di perut, mual, muntah.
b.    Riwayat penyakit sebelumnya
Dimana mengalami gejala yang berupa perih di perut, mual, muntah.
c.    Tanda-tanda vital
Biasanya tidak terjadi perubahan nadi dan tekanan darah.
d.   Sistem cardiovaskuler
Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah.
e.    Sistem gastrointestinal
Nyeri perut, mual, muntah, hilang nafsu makan.
f.     Sistem musculoskeletal
Kelemahan otot, keseimbangan terganggu.
b.    Analisa Data
Menurut Hidayat (2004) analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berfikir rasional sesuai dengan ilmu pengetahuan. Di dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga,             yaitu :
1.    Keadaan kesehatan dari setiap anggota keluarga meliputi :
a.    Keadaan kesehatan anggota keluarga yang menderita Gastritis.
b.    Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.
c.    Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga.
d.   Keadaan gizi anggota keluarga.
e.    Status imunisasi anggota keluarga.
f.     Kehamilan dan keluarga berencana.
2.    Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi :
a.    Rumah meliputi : ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dan sebagainya.
b.    Sumber air minum
c.    Jamban keluarga
d.   Tempat pembuangan air limbah
e.    Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya
3.        Karakteristik keluarga
a)    Sifat-sifat keluarga
b)   Dinamika dalam keluarga
c)    Komunikasi dalam keluarga
d)   Interaksi antar anggota keluarga
e)    Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga.
f)    Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga.
c.    Perumusan Masalah
Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat dibedakan menjadi actual, potensial, resiko dan kemungkinan. Actual adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinik yang harus divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik mayor.
Potensial adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klien kea rah yang lebih positif (kekuatan klien). Resiko adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinik individu lebih rentan mengenai masalah. Kemungkinan adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinik individu yang memerlukan data tambahan sebagai faktor pendukung yang lebih akurat (Wartonah, 2004).
Dalam keperawatan keluarga di bagi dalam beberapa pengelompolkan analisa data yaitu :
1)   Ancaman Kesehatan
Yang termasuk dalam ancaman kesehatan adalah jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga, kekurangan gizi, sanitasi lingkungan buruk, kebiasaan yang merugikan kesehatan, kepribadian, peran, status imunisasi.
2)   Kurang/tidak sehat
Adalah kegagalan dalam mempertahankan kesehatan termasuk keadaan sakit yang belum atau sudah terdiagnosa, kegagalan tumbuh kembang secara normal dan gangguan kepribadian atau intelektual.
3)   Situasi Krisis
Adalah saat-saat yang banyak menunutut individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Yang termasuk dalam hal situasi krisis adalah kecacatan dan kematian anggota keluarga, pindah rumah.
d.   Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah kesehatan, langkah selanjutnya adalah menemukan prioritas masalah kesehatan keluarga didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut :
1)   Sifat masalah, dikelompokkan dalam ancaman kesehatan, tidak/ kurang sehat dan krisis.
2)   Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilam untuk mengurangi masalah, mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan.
3)   Potensial masalah untuk dapat dicegah adalah sifat untuk bertanya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.
4)   Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal bertanya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan.
Skala prioritas dalam menyusun masalah kesehatan keluarga dapat dilakukan dengan tehnik skoring sebagaimana terdapat pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Skoring Diagnosa Keperawatan Menurut Mubarak, (2006).
Kriteria
Skor
Bobot

1.     Sifat Masalah
Skala : a.  Ancaman kesehatan
b.  Tidak kurang sehat
c.  Kritis

2.     Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : a.  Mudah
b.  Sebagian
c.  Tidak dapat di rubah


3.     Potensial masalah untuk dicegah
Skala : a.  Tinggi
b.  Sedang
c.  Rendah
4.     Menonjolnya masalah
Skala : a.  Berat harus segera ditangani
b.  Ada masalah tidak perlu penanganan segera
c.  Masalah tidak dirasakan



3
2
1


2
1
0



3
2
1


2
1
0



1




2





1


1

Skoring dilakukan dengan cara :
1)   Tentukan skor tiap kriteria
        Skor      
                           x bobot
angka tertinggi
2)   Jumlah skor untuk tiap criteria
3)   Skor tertinggi 5 dan sama dengan jumlah seluruh bobot.
2.3.2   Perumusan Diagnosa Keperawatan
                  Diagnosa Keperawatan merupakan pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah actual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya. Dalam merumuskan diagnosa keperawatan ada tiga komponen yang perlu dicantumkan yaitu Problem (P), Etiologi (E) dan Symptom (S), antara problem dan etiologi dihubungkan dengan kata : berhubungan dengan, sekunder terhadap, dan disebabkan (Wartonah, 2004).
Perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
1.    Masalah (Problem)
Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.            Daftar diagnosa keperawatan keluarga menurut NANDA :
a.    Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higienis lingkungan).
b.    Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi. Komunikasi keluarga disfungsional.
c.    Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran
Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit terhadap keluarga).
d.   Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif
1)        Berduka yang diantisipasi
2)        Koping keluarga tidak efektif
e.    Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial
1)        Kurang pengetahuan
2)        Ketidakpatuhan
f.     Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan
1)        Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
2)        Perilaku mencari pertolongan kesehatan
3)        Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga
4)        Resiko terjadinya kekambuhan
5)        Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6)        Peningkatan suhu tubuh
g.   Diagnosa yang sering muncul pada keperawatan keluarga gastritis adalah
1)   Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit gastritis dan perawatanya
2)   Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan penatalaksanan pasien gastritis berhubungan dengan tidak tahu akibat penyakit gastritis
3)   Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan cara merawat pasien gastritis
4)   Ketidakmampuan keluarga dalam menata lingkungan rumah berhubungan dengan keluarga tidak kompak
5)   Tidak sanggup menggunakaan fasilitas kesehatan yang ada serhubungan dengan  tidak mengenal keuntungan dari pelayanan kesehatan untuk mengatasi penyakit gastritis
6)   Ketidak mampuan keluarga mengenal potensial terjadinya gastritis pada anak berhubungan dengan kurangnya informasi tentang jadwal pemeriksaan kesehatan
7)   Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
8)   Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat lingkungan rumah yang sehat.
9)   Kecemasan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2.    Penyebab (Etiologi)
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga (Suprajitno, 2004).
Penyebab yang bisa timbul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Gastritis :
a.         Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Gastritis yang diderita oleh salah satu anggota keluarga.
b.        Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan/tindakan yang tepat untuk mengatasi Gastritis.
c.         Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita Gastritis.
d.        Ketidakmampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah.
e.         Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

3.    Tanda (Sign)
a.    Data subjektif adalah data yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung untuk mendukung masalah dan penyebab terjadinya penyakit gastritis di keluarga tersebut.
b.        Data objektif adalah data yang diperoleh perawat dengan cara melihat langsung keadaan keluarga (Suprajitno, 2004).

2.3.3   Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga
Adalah merupakan kumpulan tindakan yang di rencanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang telah diidentifikasikan. Rencana keperawatan yang berkwalitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta penyelesaikan masalah (Mubarak, 2006).
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan­-kegiatan yang bertujuan :
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
a.    Memberi informasi yang tepat mengenai Gastritis
b.    Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
c.    Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.

2.        Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
a.    Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
b.    Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga.
c.    Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
3.        Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
a.    Mendemonstrasikan cara perawatan klien dengan Gastritis.
b.    Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
c.    Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4.        Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara :
a.Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b.    Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin.
5.        Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan cara :
a.    Menggunakan failitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga.
b.    Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.





2.3.4   Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu proses dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan perbaikan ke arah prilaku hidup sehat. Dalam kondisi ini untuk membangkitkan minat keluarga dalam berprilaku sehat. Maka perawat harus memahami tehnik – tehnik observasi. Tinakan keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini yaitu :
1.    Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara : memberikan informasi, mengidentifikasi, kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap keluarga.
2.    Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara : mengidentifikasi konswekensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber – sumber yang di miliki keluarga dan mendiskusikan tentang konswekensi tiap tindakan
3.    Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara : mendemostrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga dalam perawatan.
4.    Membantu keluarga dalam menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat dengan cara : menemukan sumber – sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan pada lingkungan keluarga secara optimal.
5.    Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara : mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan membantu keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (Mubarak., 2006).

2.3.5   Evaluasi
Evaluasi adalah hasil rencana tindakan yang telah di berikan, di lakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya.
1.    Langkah –langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan keluarga yang di berikan kepada pihak keluarga adalah :
a.    Tentukan garis besar masalah kesehatan yang di hadapi dan bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b.    Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan di capai
c.    Tentukan kreteria dan standar untuk evaluasi. Kreteria dapat berhubungan dengan sumber – sumber proses atau hasil, tergantung pada demensi evaluasi yang di inginkan
d.   Tentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber – sumber data yang di perlukan
e.    Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kreteria dan standar untuk evaluasi
f.     Identifikasi pnyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang memuaskan.
g.    Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin tujuan tidak realistic, mungkin tindakan tidak tepat, atau ada factor lingkungan yang tidak bisa diatas
2.    Tahapan evaluasi ada 2 yaitu :
a.    Evaluasi formatif adalah evaluasi yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan.
b.    Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian :
S   :      Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi.
O  :      Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
A  :      Analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga.
P   :      Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa ( Mubarak, 2006).

2.3.6   Dokumentasi Keperawatan
Adalah kegiatan pendokumentasian keperawatan mencakup rencana secara sistematis. Semua kegiatan dalam kegiatan kontrak perawat-klien dalam kurun waktu tertentu, secara jelas, lengkap dan objektif. Hal ini bertujuan untuk memberi kemudahan dalam memberikan asuhan keperawatan dan jaminan mutu, disamping pencatatan, kegiatan pendokumentasian keperawatan juga mencakup penyimpangan atau pemeliharaan hasil pencatatan dan pendokumentasian pada anggota sesama tim kesehatan untuk kepentingan pengelolaan klien serta kepada aparat penegak hukum bila diperlukan untuk pembuktian.
1.    Tujuan dokumentasi
a.    Menghindari kesalahan, tumpang tindih dan ketidak lengkapan informasi dalam askep.
b.    Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antar sesama perawat atau pihak lain melalui komunikasi tulisan
c.    Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan.
d.   Perawat dapat perlindungan secara hokum

e.    Terjaminya kualitas askep
f.     Memberi data bagi penelitian, penulisan kti dll.
2.    Kegunaan
a.    Sebagai alat komunikasi
b.    Sebagai mekanisme pertanggung gugatan
c.    Metode pengumpulan data
d.   Sarana pelyanan kep secara individual
e.    Sarana evaluasi
f.     Sarana meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan
g.    Sarana pendidikan lanjutan
h.    Audit pelayanan keperawatan (Dongoes, 2002).

3 komentar:

  1. What is sports betting in and around the world?
    What are sports betting markets 토토 사이트 코드 like in football? — Football betting is a bit of a question that many people don't have answers to.

    BalasHapus
  2. Harrah's Cherokee Casino Resort and invited guests - KTHR
    Harrah's Cherokee Casino Resort and 공주 출장안마 invited guests to join the 광명 출장샵 hospitality 충청북도 출장안마 논산 출장안마 Harrah's Cherokee Casino Resort invites 오산 출장안마 guests to join

    BalasHapus