BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perawatan kesehatan keluarga merupakan
salah satu komponen kesehatan masyarakat yang sekaligus merupakan bagian dari
Sistem Kesehatan Nasional. Menurut UU No. 16 Tahun 1992 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami-istri atau suami-istri dan anaknya, ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya.
Masalah dalam keluarga akan timbul
bila status kesehatan salah satu anggota keluarga terganggu. Pengetahuan
keluarga tentang informasi mengenal
suatu penyakit yang diderita oleh pihak keluarga sangatlah penting diketahui demi
tindakan pertama yang akan diambil oleh pihak
keluarga yaitu orang tua. Dalam mengambil keputusan yang tepat menangani suatu penyakit tersebut. Oleh karena itu status
kesehatan keluarga sangat penting dijaga oleh setiap anggota keluarga, untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat pada umumnya, dan keluarga pada
khususnya.
Salah satu penyakit yang sering diderita
oleh keluarga ekonomi menengah kebawah adalah Gastritis, menunjukan kurangnya pengetahuan
pihak keluarga mengenai pengaturan kesehatan dalam hal ini pola makan yang tidak teratur dan
ketidakmampuan pihak keluarga dalam menyediakan
makanan yang bergizi, oleh karena status ekonomi
keluarga yang tidak mampu menjangkau harga – harga bahan pokok makanan.
1
|
Gastritis merupakan inflamasi dari
mukosa lambung. Helicobacter pylori, obat-obatan, alkohol merupakan
penyebab dari gastritis. Perjalanan penyakit gastritis ini terjadi akibat terdapat
gangguan keseimbangan faktor agresif dan difensif yang berperan dalam
menimbulkan lesi pada mukosa lambung..
Menurut data dari World Health
Organization (WHO) bahwa Indonesia mendapat urutan yang ke empat banyaknya
jumlah penderita gastritis setelah Negara Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu
berjumlah 430 juta penderita gastritis (Depkes RI, 2004). Di negara- negara Asia, Indonesia
mendapat urutan ke tiga setelah Negara India dan Thailand yaitu berjumlah 123
ribu penderita. Sedangkan di Indonesia sendiri kota yang penduduknya paling
banyak menderita penyakit gastritis adalah Kota Jakarta yaitu 25 ribu penduduk.
Pemicu dari penyakit gastritis di Ibu Kota Jakarta yaitu dipengaruhi oleh
jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja sehingga mengakibatkan
makan menjadi tidak teratur dan banyak menderita penyakit gastritis ini (Profil
Dinkes, 2004).
Gastritis tidak dapat kita anggap remeh, karena gastritis
yang tidak diobati dapat mengakibatkan tukak lambung, pendarahan lambung,
bahkan kanker lambung, seperti dituturkan oleh Prof.Majumdar, (2011).
Dan wanita
hendaknya lebih waspada, karena 60% dari penderita maag adalah wanita.
Penyebabnya antara lain wanita lebih tertutup dan mudah mengalami stress,
memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan sering melakukan diet. (Syam 2011)
Penanganan
secara tepat penyakit gastritis harus di waspadai lebih dini dengan hidup sehat
dengan cara : Makan secara benar, Hindari alkohol,
Jangan merokok, Lakukan olah raga secara teratur, Kendalikan stress, Ganti obat
penghilang nyeri, Ikuti rekomendasi dokter. Bila langkah - langkah diatas telah dilakukan
penyakit gastritis “maag”akan jauh dari anggota keluarga anda. Dengan
menerapkan Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan tujuan terjadi peningkatan
pengetahuan kesehatan keluarga Tn”I” di harapkan peningkatan ststus kesehatan
keluarga bertambah.
Karena banyaknya kunjungan penderita
gastritis di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang dari tahun ke
tahun sehingga penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Tn”I” Dengan Salah Satu Anggota
Keluarga Menderita Penyakit Gastritis.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas
maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn”I” Dengan Salah Satu Anggota
Keluarga Menderita Gastritis diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang?”.
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Diharapkan penulis mampu melaksanakan
asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita
penyakit Gastritis dengan penerapan langsung praktek keperawatan sebagai metode
pemecahan masalah.
1.3.2
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan proposal tersebut agar penulis mampu :
1.
Melakukan
pengkajian pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita
Gastritis.
2.
Merumuskan diagnosa keperawatan
pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Gastritis.
3.
Menyusun rencana tindakan pada
keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Gastritis.
4.
Melaksanakan tindakan
keperawatan pada keluarga dengan salah satu anggotra keluarga menderita
Gastritis.
5.
Melaksanakan evaluasi
keperawatan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita
Gastritis.
6. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Gastritis.
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Dapat
dijadikan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit Gastritis.
1.4.2 Praktis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan diagnosa medis
Gastritis.
1.4.3 Rumah Sakit
Dapat
meningkatan Mutu Asuhan Keperawatan keluarga pada klien terutama untuk mencapai
derajaat kesehatan masyarakat yang optimal.
1.4.4 Keluarga
Dapat
menjadikan keluarga yang sadar gizi seimbang
dengan pentingnya berprilaku sehat dan menjaga ststus kesehatan semua anggota
keluarga dan mengetahui guna menggunakan fasilitas kesehatan dan sarana
kesehatan yang ada
1.4.5 Masyarakat
Dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan prilaku
hidup sehat yang bertanggung jawab bagi masyarakat dengan tujuan untuk
mengetahui masalah kesehatan melalui informasi yang didapat dari studi kasus.
1.4.6 Insistusi Kesehatan
Memberikan
masukan kapada instansi terkait bagaimana keadaan dan kejadian penyakit gastritis
di Rumah Sakit.
1.4.7 Penulis
Dapat
menambah wawasan terhadap penulis tentang bagaimana memberikan Asuhan
Keperawatan keluarga pada klien dengan gangguan gstroentitinal dengan kasus
gastritis.
1.5
Metode pengumpulan data
Teknik pengumpulan
data yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1.5.1
Wawancara
Mengumpulkan data
dengan cara melakukan anamnesa langsung kepada klien (auto anamnesa) dan wawancara dengan keluarga atau orang lain yang
mengetahui informasi informasi tentang klien (allo anamnesa).
1.5.2
Observasi
Observasi dilakukan
dengan pemeriksaan fisik dan pengamatan langsung pada keadaan umum klien.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melalui semua panca indra yaitu inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
1.5.3
Studi dokumentasi
Studi
dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari status klien dokumen perawatan
medic.
1.5.4
Studi kepustakaan
Dalam studi
kepustakaan penulis menggunakan literatur atau sumber buku yang ada kaitannya
dengan permasalahan yag di bahas.
1.6
Sistematika penulisan
Proposal
ini terdiri dari 2(dua) bab. Untuk mempermudah pembahasan ini, maka penulisan
pemberian gambaran singkat dari keseluruhan isi proposal ini yaitu:
BAB
1 : PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penelitian
1.4 Manfaat penelitian
1.5 Metode pengumpulan data
1.6 Sistematika penulisan
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori
2.2 Konsep asuhan keperaatan
BAB 2
TINJAU PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Keluarga
2.1.1
Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan orang yang
hidup secara bersamaan yang di ikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi
yang berineraksi satu sama lain dan semua mempunyai peran masing- masing dalam keluarga
tersebut (Mubarak, 2006).
Keluarga adalah anggota rumah tangga
yang saling berhubungan melalui pertalian darah (WHO, 2002).
Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya (UU No.
10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan).
2.1.2
Struktur Keluarga
1. Macam
a. Patrilineal
Patrilienal adalah
keluarga sedarah yang memiliki yang hubungan terdiri dari sanak keluarga
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di sususn melalui garis
ayah
b. Matrilineal
8
|
c. Matrilokal
Matrilokal adalah
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah suami
2. Ciri – ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi
Terorganisasi adalah
saling berhubungan, saling ketregantungan antar anggota keluarga
b. Ada keterbatasan
Setiap anggota
keluarga memiliki keterbatasan tetapi mereka juga memiliki keterebatasan dalam
mejalankan fungsi dan tugasnya masing – masing
c. Adanya perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota
keluarga memiliki fungsi dan peranya msing – masing (Carter, 2006).
2.1.3
Tahap Keluarga
Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap,
yaitu :
1.
Keluarga Prasejahtera
Keluarga prasejahtera adalah
keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu
kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau keluarga
yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera
tahap I.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)
Adalah
keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tapi belum
dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan
pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi di dalam keluarga, interaksi
dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3.
Keluarga Sejahtera Tahap II (KS
II)
Keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial
psikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, yaitu
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4.
Keluarga Sejahtera Tahap III
(KS III)
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan tetapi
belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat
secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk
sosial kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus
lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga,
pendidikan dsb.
5.
Keluarga Sejahtera Tahap III
Plus (KS III Plus)
Adalah keluarga yang memenuhi
seluruh kebutuhan keluarganya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis
maupun pengembangan serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat (Murwani, 2007).
2.1.4
Tipe Keluarga
Secara tradisional kelurga dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
1.
Keluarga Inti (nuclear
family)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.
Keluarga Besar (extended
family)
Keluarga inti ditambah keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
Namun dengan berkembangnya
peran individu dan meningkatnya rasa individualisme. Pengelompokkan
tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi :
a.
Keluarga Bentukan Kembali (dyadic
family)
Keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atas kehilangan pasangannya.
b.
Orang Tua Tunggal (single
parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan
anak anak akibat perceraian atau ditinggal pasangan.
c.
Ibu dengan anak tanpa
perkawinan (the unmaried teenage mother).
d.
Orang dewasa (laki- laki atau
perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult
living alone).
e.
Keluarga dengan anak tanpa
pernikahan sebelumnya (the non marital hetero sexual cohibiting family).
f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang
berjenis kelamin sama (gai and lesbian family).
g.
Keluarga Binuclear
Keluarga baru terbentuk setelah perceraian dimana anak
menjadi anggota dari suatu sistem keluarga yang terdiri dari dua rumah tangga
inti, ibu dan ayah dengan berbagai macam kerja sama antar keduanya serta waktu
yang digunakan dalam setiap rumah tangga (Carter, 2003).
2.1.5
Tahap Perkembangan
Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap
perkembangannya.
Tabel 2.1. Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan
|
Tugas Perkembangan Utama
|
1.
Keluarga baru menikah
2.
Keluarga dengan anak baru
lahir
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
4.
Keluarga dengan anak usia
sekolah
5.
Keluarga dengan anak remaja
6. Keluarga mulai melepas anak
sebagai dewasa
7.
Keluarga usia pertengahan
8.
Keluarga usia tua
|
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
2. Membina hubungan dengan keluarga lain,
teman dan kelompok sosial.
3.
Mendiskusikan rencana
mempunyai anak.
1.
Mempersiapkan menjadi orang
tua.
2.
Adaptasi dengan adanya
perubahan anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dengan
kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan dalam rangka
memuaskan pasangannya.
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
misalnya kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
2.
Membantu anak untuk
bersosialisasi.
3.
Beradaptasi dengan anak yang
baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi.
4.
Mempertahankan hubungan yang
sehat, baik di dalam maupun luar keluarga (keluarga lain maupun lingkungan
sekitar).
5.
Pembagian waktu untuk
individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan
yang tinggi).
6.
Pembagian tanggung jawab
anggota keluarga.
7.
Merencanakan kegiatan dan
waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
1.
Membantu sosialisasi anak
terhadap sekolah lingkungan luar
rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas (yang
tidak atau kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat).
2.
Mempertahankan keintiman
pasangan.
3.
Memenuhi kebutuhan yang
meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
1.
Memberikan kebebasan yang
seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda
dan mulai memiliki otonomi.
2.
Mempertahankan hubungan intim
dalam keluarga.
3.
Mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua. Hindarkan
terjadinva perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4.
Mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
1.
Memperluas jaringan keluarga
dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2.
Mempertahankan keintiman
pasangan.
3.
Membantu anak untuk mandiri
sebagai keluarga baru di masyarakat.
4.
Penataan kembali peran orang
tua dan kegiatan di rumah.
1.
Mempertahankan
kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2.
Mempertahankan
hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebaya.
3.
Meningkatkan keakraban
pasangan.
1.
Mempertahankan suasana
kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya.
2.
Adaptasi dengan perubahan
yang akan terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan
keluarga.
3.
Mempertahankan keakraban
pasangan dan saling merawat.
4.
Melakukan Life Review masa
lalu.
|
(Suprajitno,
2004 )
2.1.6
Fungsi Keluarga
Menurut Suprajitno (2004) secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut
:
1.
Fungsi afektif (the
affective function)
Adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
2.
Fungsi sosialisasi dan tempat
bersosialisasi (socialication and social placement function)
Adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3.
Fungsi reproduksi (the
reproductive function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4.
Fungsi ekonomi (the economic
function)
Adalah keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu, meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.
Fungsi perawatan atau pemeliharaan
kesehatan (the health care function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
2.1.7
Tugas Keluarga di Bidang
Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas di bidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
1.
Mengenal masalah kesehatan
keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak
akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan
dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila
menyadari perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa
yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
2.
Memutuskan tindakan yang tepat
bagi keluarga
Merupakan upaya keluarga yang utama
untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan
tinggal keluarga.
3.
Merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil
tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah
diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau
di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan
untuk pertolongan pertama.
4.
Memodifikasi lingkungan
keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5.
Memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga ( Mubarak, 2006 ).
2.2
Konsep Dasar Penyakit
Gastritis
2.2.1
Pengertian
Gastritis adalah proses implamasi
pada mukosa dan submukosa lambung ( Sudoyo, 2006).
Gastritis berasal dari kata gast
berarti gaster/lambung, sedangkan itis adalah radang. Gastritis atau lebih
dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis berarti inflamasi/peradangan (Anderson , 2008).
Menurut Hembing ( 2005 ) gastritis
dikenal juga dengan penyakit maag, merupakan peradangan pada dinding mukosa
lambung yang bersifat kronis sehingga dinding lambung menjadi merah, bengkak,
dan luka.
2.2.2
Anatomi Saluran Pencernaan
Gambar 2.1 Anatomi saluran
pencernaan (Syaifuddin, 2006).
2.2.3 Struktur pencernaan
1.
Mulut adalah rongga yang diikat
secara eksternal oleh bibir dan pipi dan mengarah kepada taring.
2. Faring adalah organ yang menghubungkan
rongga mulut dengan krongkongan.
3. Osofagus adalah saluran yang menghubungkan
faring dengan lambung panjangnya + 25 cm.
4. Lambung adalah bagian saluran cerna yang
paling lebar yang terletak antara ujung osofagus dan pangkal usus halus. Fungsi
lambung yaitu menampung makanan, mengaduk makanan, memecahnya lebih lanjut dan
mencampurnya dengan sekresi dari kelenjar lambung, untuk melanjutkan pencernaan
makanan dengan bantuan getah bening dan menyekresi faktor intrinsik.
5.
Usus
Halus berfungsi sebagai penerima zat-zat makanan yang sudah di cerna melalui
pembuluh darah dan saluran limfe, menyerap protein dalam bentuk asam amino,
karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida. Usus halus terdiri dari duodenum, yeyenum, ileum.
6. Usus Besar berfungsi menyerap air dari makanan, tempat tinggal
bakteri koli dan tempat feses. Usus besar terdiri dari seikum, kolon asenden, appendiks, kolon
transversum, kolon desenden, sigmoid.
7. Rektum terletak di bawah kolon sigmoid
yang menhubungkan usus besar dengan
anus.
8. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan
yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (Syaifudin, 2006).
2.2.4
Klasifikasi
1.
Gastritis Akut
Merupakan kelainan klinis akut akibat diet yang
tidak teratur.
2.
Gastritis Kronis
Merupakan inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan
oleh ulkus begina atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter
pylory (Suzanne, 2002).
2.2.5
Etiologi
Menurut David (2008)
gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang
dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1.
Infeksi bakteri
Sebagian besar populasi dunia
terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan
mukosa yang melapisi dinding lambung.
2.
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgetik anti inflamasi
nonsteroid ( AINS ) seperti aspirin, ibu profen dan naproxin dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaklandin yang bertugas melindungi
dinding lambung.
3.
Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa dalam dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun dalam kindisi normal.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan
menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan
besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis
dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6.
Kelainan autoimmune
Autoimmune autrophic gastritis
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel – sel sehat yang berada
dalam dinding lambung.
7.
Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya
menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang – kadang
dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
8.
Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti
kemoterapi dan radiasi dapat menyebabkan peradangan pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.
9.
Penyakit bile reflux
Bile ( empedu ) adalah cairan
yang membantu mencerna lemak – lemak dalam tubuh. Cairan ini di produksi oleh
hati. Ketika di lepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal sebuah otot sphincher yang berbentuk
seperti cincin (pylorik valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam
lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk
ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10. Faktor – faktor lain
Gastritis sering juga di kaitkan
dengan kondisi kesehatan lainnya seperti HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan
gagal hati / ginjal.
2.2.6 Patofisiologi
Mekanisme kerusakan mukosa pada
gastritis di akibatkan oleh ketidakseimbangan antara faktor-faktor pencernaan,
seperti asam lambung dan pepsin dengan produksi mukous, bikarbonat dan aliran
darah (Hadi, 2007).
Pengaturan sekresi lambung dapat
dibagi menjadi fase sefalik, gastric, dan intestinal.
1. Fase sefalik
Makanan masuk kedalam lambung sebagai
akibat dari melihat, mencium, memikir, dan mengecap makanan. Fase ini
diperantarai seluruhnya oleh saraf fagus. Impuls eferen kemudian dihantarkan
melalui saraf fagus ke lambung. Hasilnya, kelenjar gastrik dirangsang
mengeluarkan asam HCl & pepsinogen.
2. Fase gastric
Saat makanan mencapai atrum
pylorus, atrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari resptor-reseptor
pada dinding lambung. Impuls merangsang pelepasan hormon gastrin dan secara
langsung merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Gastri merupakan hormon yang
menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan lambung.
3. Fase intestinal
Dimulai oleh gerakan kimus dari
lambung ke duodenum. Selama pencernaan terjadi dalam usus, sekresi asam klorida
terus meningkat BAO ( Basal Acid Output ) yang merupakan salah satu penyebab
terjadinya luka pada lambung.
2.2.7
Pathway
2.2.8
Tanda dan Gejala
Sindrom dispepsia berupa nyeri
epigastrium, mual, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan pada saluran
cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia
pasca perdarahan
Ulserasi
superficial yang menimbulkan hemorrhagic, ketidak-nyamanan abdomen (mual,
anoreksia), muntah serta cegukan, dan dapat terjadi kolik dan diare (Suzanne, 2002).
2.2.9
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Darah
Tes ini
digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil
tes yang positif, pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien terinfeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat gastritis.
2.
Pemeriksaan Pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah
pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
3.
Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.
pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini
menunjukkan adanya penyakit.
4.
Endoskopi saluran cerna bagian
atas.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini
dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel dan masuk
ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimati-rasakan endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
5.
Rontgen
saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis
atau penyakit pencernaan lain diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan ketika di rontgen.
2.2.10
Penatalaksanaan
1.
Gastritis Akut
Gastritis akut diatasi dengan
menginstruksikan pasien
untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila
pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala
menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi,
maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
Untuk menetralisasi asam, digunakan
antasida umum (misalnya aluminium hidroksida), untuk menetralisasi alkali
digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
Bila korosi luas atau berat, emetic dan lavase dihindari karena bahaya
perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida
serta cairan intravena. Endoskopi fiber optik mungkin diperlukan untuk
mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi
lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus (Suzanne, 2002).
2.
Gastritis Kronis
Gastritis
kronis diatas dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat,
mengurangi stress, dan memulai farmakoterapi. H. pylori dapat diatasi
dengan antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismuth
(Pepto-Bismol). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorpsi
vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor
intrinsic (Suzanne, 2002).
2.2.11
Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat,
gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan pada
lambung. Beberapa bentuk meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika
terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan dinding
lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas,
yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas akibat
infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi
akibat H. pylori adalah MALT (mucosa
associated lymph kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem
kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat pada tahap awal
(Sudoyo, 2006).
2.2.12
Pencegahan
Walaupun infeksi H. Pylori tidak dapat selalu dicegah,
berikut ini beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis
menurut David (2008) adalah :
1.
Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Masak yang
cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
2.
Hindari alkohol
Penggunaan
alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan
peradangan dan pendarahan.
3.
Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung
lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap. Merokok juga meningkatkan asam
lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab lambung.
Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok
berat. Konsultasikan metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
4.
Lakukan olah raga secara
teratur
Aerobik dapat
meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat usus sehingga
membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
5.
Kendalikan stress
Stress meningkatkan resiko serangan jantung
dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh terjadinya permasalahan kulit.
Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan bagi
sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya
secara effektif dengan cara istirahat yang cukup, olah raga teratur dan
relaksasi yang cukup.
6.
Ganti obat penghilang nyeri
Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS,
obat-obat golongan ini akan peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri acetaminophen.
7.
Ikuti rekomendasi dokter.
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dialami
keluarga dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan
(Suprajitno, 2004).
Proses
keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis
untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
merencanakan asuhan keperawatan keluarga dan melaksanakan intervensi
keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga (Suprajitno,
2004).
Tahap-tahap proses keperawatan
yang digunakan adalah :
2.3.1
Pengkajian
Pengkajian keluarga menurut Mubarak (2006)
adalah tahapan dimana seseorang perawat mangambil informasi, secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar
yang dipergunakan mengkaji status keluarga yaitu :
1.
Struktur dan karekteristik
keluarga
2.
Social, ekonomi, budaya
3.
Factor lingkungan riwayat
kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
Tahap dari pengkajian keluarga
yaitu :
1.
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a.
Data
umum meliputi nama kepala keluarga, umur, alamat dan telepon, pekerjaan kepala
keluarga, pendidikan kepala keluarga,
komponen
keluarga dan status imunisasi serta genogram keluarga 3 generasi, tipe
keluarga, latar belakang budaya (etnis), identifikasi religius, status sosial
ekonomi dan aktifitas rekreasi atau waktu luang.
b.
Riwayat dan tahap perkembangan
keluarga
1)
Tahap perkembangan keluarga
adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga berdasarkan
duvall, ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji
sejauhmana keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan.
2)
Riwayat keluarga adalah
mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga yang
meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya.
c.
Data lingkungan meliputi
karakteristik rumah, karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal yang
lebih luas, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi
dengan masyarakat dan sistem pendukung keluarga.
d. Struktur keluarga meliputi pola-pola
komunikasi, struktur kekuatan, struktur peran dan struktur nilai atau norma
keluarga.
e. Fungsi keluarga meliputi fungsi ekonomi,
fungsi mendapatkan status sosial, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi, fungsi
religius, fungsi rekreasi, fungsi reproduksi, fungsi afeksi dan fungsi
pemenuhan (perawatan/pemeliharaan).
Fungsi
pemenuhan kesehatan dengan tugas keluarga dibidang kesehatan :
1.
Mengetahui
kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal yang perlu dikaji
adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah gastritis meliputi :
a.
Pengertian Gastritis
b.
Tanda dan gejala
c.
Faktor penyebab Gastritis
d.
Faktor yang mempengaruhi serta
persepsi keluarga terhadap masalah Gastritis terutama yang dialami oleh salah
satu anggota keluarga.
2.
Mengetahui kemampuan
keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat,
perlu dikaji tentang :
a.
Kemampuan keluarga memahami
sifat dan luasnya masalah.
b. Apakah penyakit Gastritis dirasakan oleh
keluarga ?
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap
masalah yang dialami ?
d. Apakah keluarga merasa takut terhadap
akibat dari keadaan Gastritis yang dialami oleh salah satu anggota keluarga ?
e. Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak
mendukung (negatif) terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada salah
satu anggota keluarga yang menderita gastritis ?
f. Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk
menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan ?
g. Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap
tenaga kesehatan ?
h. Apakah keluarga telah memperoleh informasi
tentang kesehatan yang tepat untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi
masalah kesehatan ?
3.
Mengetahui
sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji
tentang :
a. Pengetahuan keluarga tentang Gastritis
yang dialami oleh salah satu anggota keluarga meliputi : sifat, penyebaran,
komplikasi, kemungkinan setelah tindakan dan perawatan.
b. Pemahaman keluarga tentang perawatan yang
perlu dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita Gastritis.
c. Pengetahuan keluarga tentang peralatan,
cara dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga yang menderita Gastritis.
d. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang
dimiliki keluarga meliputi anggota yang mampu dan dapat bertanggung jawab,
sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik dan dukungan psikososial.
e. Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota
keluarga yang menderita Gastritis.
4.
Mengetahui
kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat, perlu
dikaji tentang :
a. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang
dimiliki disekitar lingkungan rumah.
b. Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan
manfaat pemeliharaan lingkungan.
c. Pengetahuan keluarga tentang pentingnya
sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan yang hygienis sesuai syarat
kesehatan.
d. Pengetahuan keluarga tentang upaya
pencegahan Gastritis yang dapat dilakukan keluarga.
e. Kebersamaan keluarga untuk meningkatkan
dan memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.
5.
Mengetahui
kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat,
perlu dikaji tentang :
a. Pengetahuan keluarga tentang keberadaan
fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau.
b. Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang
diperoleh dari fasilitas kesehatan.
c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan yang melayani.
d. Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang
kurang menyenangkan tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani.
6.
Stres
dan koping keluarga meliputi stresor yang dimiliki keluarga, kemampuan keluarga
berespon terhadap stresor, strategi koping yang digunakan dan strategi adaptasi
yang disfungsi.
7.
Pemeriksaan fisik pada
salah satu anggota keluarga yang menderita Gastritis meliputi :
a.
Keluhan/riwayat penyakit saat
ini
Diagnosa Gastritis
awalnya diperkirakan dengan adanya gejala berupa perih atau rasa sakit di
perut, mual, muntah.
b.
Riwayat penyakit sebelumnya
Dimana mengalami gejala
yang berupa perih di perut, mual, muntah.
c.
Tanda-tanda vital
Biasanya tidak terjadi
perubahan nadi dan tekanan darah.
d.
Sistem cardiovaskuler
Biasanya tidak terjadi
perubahan tekanan darah.
e.
Sistem gastrointestinal
Nyeri
perut, mual, muntah, hilang nafsu makan.
f.
Sistem musculoskeletal
Kelemahan
otot, keseimbangan terganggu.
b.
Analisa Data
Menurut Hidayat (2004) analisa data adalah
kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berfikir rasional sesuai dengan ilmu
pengetahuan. Di
dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat
perkembangan kesehatan keluarga,
yaitu :
1.
Keadaan
kesehatan dari setiap anggota keluarga meliputi :
a.
Keadaan kesehatan
anggota keluarga yang menderita Gastritis.
b. Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial
anggota keluarga.
c. Keadaan pertumbuhan dan perkembangan
anggota keluarga.
d.
Keadaan gizi anggota keluarga.
e.
Status imunisasi anggota
keluarga.
f.
Kehamilan dan keluarga
berencana.
2.
Keadaan
rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi :
a. Rumah meliputi : ventilasi, penerangan,
kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga
dan sebagainya.
b.
Sumber air minum
c.
Jamban keluarga
d.
Tempat pembuangan air limbah
e. Pemanfaatan pekarangan yang ada dan
sebagainya
3.
Karakteristik keluarga
a)
Sifat-sifat keluarga
b)
Dinamika dalam keluarga
c)
Komunikasi dalam keluarga
d)
Interaksi antar anggota
keluarga
e)
Kesanggupan keluarga dalam
membawa perkembangan anggota keluarga.
f) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku
dalam keluarga.
c.
Perumusan Masalah
Dilihat dari status kesehatan klien,
diagnosa dapat dibedakan menjadi actual, potensial, resiko dan kemungkinan.
Actual adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinik yang
harus divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik mayor.
Potensial adalah diagnosa keperawatan
yang menggambarkan kondisi klien kea rah yang lebih positif (kekuatan klien).
Resiko adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinik individu
lebih rentan mengenai masalah. Kemungkinan adalah diagnosa keperawatan yang
menggambarkan kondisi klinik individu yang memerlukan data tambahan sebagai
faktor pendukung yang lebih akurat (Wartonah, 2004).
Dalam
keperawatan keluarga di bagi dalam beberapa pengelompolkan analisa data yaitu :
1)
Ancaman Kesehatan
Yang termasuk dalam ancaman kesehatan
adalah jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan
dan sumber daya keluarga, kekurangan gizi, sanitasi lingkungan buruk, kebiasaan
yang merugikan kesehatan, kepribadian, peran, status imunisasi.
2)
Kurang/tidak sehat
Adalah kegagalan dalam mempertahankan
kesehatan termasuk keadaan sakit yang belum atau sudah terdiagnosa, kegagalan
tumbuh kembang secara normal dan gangguan kepribadian atau intelektual.
3)
Situasi Krisis
Adalah saat-saat yang banyak menunutut
individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber
daya keluarga. Yang termasuk dalam hal situasi krisis adalah kecacatan dan
kematian anggota keluarga, pindah rumah.
d.
Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah kesehatan,
langkah selanjutnya adalah menemukan prioritas masalah kesehatan keluarga
didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut :
1)
Sifat masalah, dikelompokkan
dalam ancaman kesehatan, tidak/ kurang sehat dan krisis.
2)
Kemungkinan masalah dapat
dirubah adalah kemungkinan keberhasilam untuk mengurangi masalah, mencegah
masalah bila dilakukan intervensi keperawatan.
3)
Potensial masalah untuk dapat
dicegah adalah sifat untuk bertanya masalah yang akan timbul dan dapat
dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.
4)
Masalah yang menonjol adalah
cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal bertanya dan mendesaknya
untuk diatasi melalui intervensi keperawatan.
Skala prioritas dalam menyusun masalah
kesehatan keluarga dapat dilakukan dengan tehnik skoring sebagaimana terdapat
pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Skoring Diagnosa
Keperawatan Menurut Mubarak, (2006).
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
1.
Sifat Masalah
Skala : a. Ancaman kesehatan
b. Tidak
kurang sehat
c. Kritis
2.
Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala : a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat
di rubah
3.
Potensial masalah untuk
dicegah
Skala : a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
4.
Menonjolnya masalah
Skala : a. Berat
harus segera ditangani
b. Ada masalah tidak perlu penanganan segera
c. Masalah
tidak dirasakan
|
3
2
1
2
1
0
3
2
1
2
1
0
|
1
2
1
1
|
Skoring dilakukan dengan cara :
1)
Tentukan skor tiap kriteria
Skor
x bobot
angka tertinggi
2)
Jumlah skor untuk tiap criteria
3) Skor tertinggi 5 dan sama dengan jumlah
seluruh bobot.
2.3.2
Perumusan Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan merupakan pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah
actual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan
klien yang ada pada tanggung jawabnya. Dalam merumuskan diagnosa keperawatan
ada tiga komponen yang perlu dicantumkan yaitu Problem (P), Etiologi (E) dan
Symptom (S), antara problem dan etiologi dihubungkan dengan kata : berhubungan
dengan, sekunder terhadap, dan disebabkan (Wartonah, 2004).
Perumusan diagnosa keperawatan
keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
1.
Masalah (Problem)
Suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu)
keluarga. Daftar diagnosa
keperawatan keluarga menurut NANDA :
a.
Diagnosa keperawatan
keluarga pada masalah lingkungan
Kerusakan
penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higienis lingkungan).
b.
Diagnosa
keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi. Komunikasi
keluarga disfungsional.
c.
Diagnosa keperawatan
keluarga pada masalah struktur peran
Perubahan dalam proses
keluarga (dampak adanya orang yang sakit terhadap keluarga).
d.
Diagnosa keperawatan
keluarga pada masalah fungsi afektif
1)
Berduka yang diantisipasi
2)
Koping keluarga tidak efektif
e.
Diagnosa keperawatan
keluarga pada masalah fungsi sosial
1)
Kurang pengetahuan
2)
Ketidakpatuhan
f.
Diagnosa keperawatan
keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan
1)
Potensial peningkatan
pemeliharaan kesehatan
2)
Perilaku mencari pertolongan
kesehatan
3)
Ketidakefektifan
penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga
4)
Resiko terjadinya kekambuhan
5)
Perubahan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6)
Peningkatan suhu tubuh
g.
Diagnosa yang sering
muncul pada keperawatan keluarga gastritis adalah
1)
Ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
gastritis dan perawatanya
2)
Ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan penatalaksanan pasien gastritis berhubungan dengan tidak
tahu akibat penyakit gastritis
3)
Ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan cara merawat pasien
gastritis
4)
Ketidakmampuan keluarga dalam
menata lingkungan rumah berhubungan dengan keluarga tidak kompak
5)
Tidak sanggup menggunakaan
fasilitas kesehatan yang ada serhubungan dengan
tidak mengenal keuntungan dari pelayanan kesehatan untuk mengatasi
penyakit gastritis
6)
Ketidak mampuan keluarga
mengenal potensial terjadinya gastritis pada anak berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang jadwal pemeriksaan kesehatan
7)
Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
8)
Kerusakan penatalaksanaan
pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
lingkungan rumah yang sehat.
9)
Kecemasan keluarga berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2.
Penyebab (Etiologi)
Suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga (Suprajitno, 2004).
Penyebab yang bisa timbul pada keluarga dengan salah
satu anggota keluarga menderita Gastritis :
a.
Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah Gastritis yang diderita oleh salah satu anggota keluarga.
b.
Ketidakmampuan keluarga dalam
mengambil keputusan/tindakan yang tepat untuk mengatasi Gastritis.
c.
Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang menderita Gastritis.
d.
Ketidakmampuan keluarga
memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah.
e.
Ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
3.
Tanda (Sign)
a.
Data subjektif adalah data yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung untuk mendukung masalah dan
penyebab terjadinya penyakit gastritis di keluarga tersebut.
b.
Data objektif adalah data yang
diperoleh perawat dengan cara melihat langsung keadaan keluarga (Suprajitno, 2004).
2.3.3
Rencana Tindakan
Keperawatan Keluarga
Adalah merupakan kumpulan tindakan
yang di rencanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang telah diidentifikasikan.
Rencana keperawatan yang berkwalitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai
tujuan serta penyelesaikan masalah (Mubarak, 2006).
Rencana tindakan keperawatan terhadap
keluarga, meliputi kegiatan-kegiatan yang bertujuan :
1. Menstimulasi kesadaran atau
penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
a. Memberi informasi yang tepat mengenai
Gastritis
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
keluarga tentang kesehatan.
c. Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya
kesehatan.
2.
Menstimulasi
keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
a. Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak
melakukan tindakan.
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki dan ada disekitar keluarga.
c. Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe
tindakan.
3.
Memberikan
kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
a. Mendemonstrasikan cara perawatan klien
dengan Gastritis.
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di
rumah.
c.
Mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
4.
Membantu keluarga untuk
memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
keluarga, dengan cara :
a.Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b. Melakukan perubahan lingkungan bersama
keluarga seoptimal mungkin.
5.
Memotivasi
keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan
cara :
a. Menggunakan failitas kesehatan yang ada
disekitar lingkungan keluarga.
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
2.3.4
Implementasi
Pelaksanaan
merupakan salah satu proses dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan
perbaikan ke arah prilaku hidup sehat. Dalam kondisi ini untuk membangkitkan
minat keluarga dalam berprilaku sehat. Maka perawat harus memahami tehnik –
tehnik observasi. Tinakan keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini
yaitu :
1. Menstimulasi kesadaran atau
penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
memberikan informasi, mengidentifikasi, kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap keluarga.
2. Menstimulasi keluarga untuk
memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara : mengidentifikasi konswekensi
tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber – sumber yang di miliki
keluarga dan mendiskusikan tentang konswekensi tiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam
merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara : mendemostrasikan cara
perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi
keluarga dalam perawatan.
4. Membantu keluarga dalam menemukan
cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat dengan cara : menemukan sumber
– sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan pada lingkungan
keluarga secara optimal.
5. Memotivasi keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara : mengenalkan fasilitas
kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan membantu keluarga dalam
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (Mubarak., 2006).
2.3.5
Evaluasi
Evaluasi
adalah hasil rencana tindakan yang telah di berikan, di lakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya.
1. Langkah –langkah dalam mengevaluasi
pelayanan keperawatan keluarga yang di berikan kepada pihak keluarga adalah :
a. Tentukan garis besar masalah
kesehatan yang di hadapi dan bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan
perawatan yang akan di capai
c. Tentukan kreteria dan standar
untuk evaluasi. Kreteria dapat berhubungan dengan sumber – sumber proses atau
hasil, tergantung pada demensi evaluasi yang di inginkan
d. Tentukan metode atau tehnik
evaluasi yang sesuai serta sumber – sumber data yang di perlukan
e. Bandingkan keadaan yang nyata
(sesudah perawatan) dengan kreteria dan standar untuk evaluasi
f. Identifikasi pnyebab atau alasan
penampilan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang memuaskan.
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila
tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin tujuan tidak realistic,
mungkin tindakan tidak tepat, atau ada factor lingkungan yang tidak bisa diatas
2.
Tahapan evaluasi ada 2 yaitu :
a.
Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan.
b.
Evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian
diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian,
diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang
operasional dengan pengertian :
S : Ungkapan
perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi.
O : Keadaan
objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan atau
pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
A : Analisa
perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang
dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada
tujuan pada rencana keperawatan keluarga.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisa (
Mubarak, 2006).
2.3.6
Dokumentasi
Keperawatan
Adalah
kegiatan pendokumentasian keperawatan mencakup rencana secara sistematis. Semua
kegiatan dalam kegiatan kontrak perawat-klien dalam kurun waktu tertentu,
secara jelas, lengkap dan objektif. Hal ini bertujuan untuk memberi kemudahan
dalam memberikan asuhan keperawatan dan jaminan mutu, disamping pencatatan,
kegiatan pendokumentasian keperawatan juga mencakup penyimpangan atau
pemeliharaan hasil pencatatan dan pendokumentasian pada anggota sesama tim kesehatan
untuk kepentingan pengelolaan klien serta kepada aparat penegak hukum bila
diperlukan untuk pembuktian.
1. Tujuan dokumentasi
a. Menghindari kesalahan, tumpang tindih dan ketidak
lengkapan informasi dalam askep.
b. Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antar
sesama perawat atau pihak lain melalui komunikasi tulisan
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga
keperawatan.
d. Perawat dapat perlindungan secara hokum
e. Terjaminya kualitas askep
f. Memberi data bagi penelitian, penulisan kti dll.
2. Kegunaan
a. Sebagai alat komunikasi
b. Sebagai mekanisme pertanggung gugatan
c. Metode pengumpulan data
d. Sarana pelyanan kep secara individual
e. Sarana evaluasi
f. Sarana meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan
g. Sarana pendidikan lanjutan
h. Audit pelayanan keperawatan (Dongoes,
2002).
Obat Maag
BalasHapusObat Perut Kembung
Obat Sering Sendawa
What is sports betting in and around the world?
BalasHapusWhat are sports betting markets 토토 사이트 코드 like in football? — Football betting is a bit of a question that many people don't have answers to.
Harrah's Cherokee Casino Resort and invited guests - KTHR
BalasHapusHarrah's Cherokee Casino Resort and 공주 출장안마 invited guests to join the 광명 출장샵 hospitality 충청북도 출장안마 논산 출장안마 Harrah's Cherokee Casino Resort invites 오산 출장안마 guests to join